Jumat, 01 April 2011

Untung Aja Bukan Mata Beneran


Siang itu, yah hari itu ingin disebut senin, siang itu…yah siang yang jalang, hawa panas menerpa raga. Sebetulnya belum terlalu siang, tapi karena ini cerita saya, saya mau bilang ini siang. Gak boleh ada yang komentar!!!
Siang-siang gini enaknya apa yah…tapi sekarang saya bukan mau curhat, saya mau cerita…tapi bukan buat anak saya, kebetulan saya belum punya anak. Saya mau bercerita tentang anak, tentang dua anak remaja, namanya ‘Begini Ya Begitu’. Nah….ceritanya begini. Pada hari itu, maksudnya siang yang jalang yang hanya saya saja yang bilang siang karena saya maunya siang, tapi terserah kalo orang mau bilang sore…ceritanya hari itu mau ada ulangan matematika. Kebetulan si ‘Begini’ itu gak punya modal buat sekolah, sampe pena aja gak punya. Bayangin aja orang mau buang hajat (maaf jorok, karena ini toilet yang banyak lalatnya) kaga bawa gayung…terus apa hubungannya???
Yah, kembali ke topik utama..saya sudah ngantuk!!!!
Setelah itu ia mencari dan terus mencari sampe jatuh, jatuh semanget karena gak nemu-nemu itu yang namanya pena.
Nah, kebetulan ada anak kelas lain yang namanya ‘Terserah’, lengkapnya ‘Terserah Saya Saja’. Si ‘Terserah’ ini emang sedikit rada kuper, karena fobia berteman dengan manusia. Katanya manusia itu hanya bisa menyita waktuku dalam kesia-siaan, hanya bisa mencaci tanpa bisa memberikan pencerahan dan jalan keluar. Tapi akhirnya ia sadar bahwa dia juga seorang manusia. Sampe ia menyesal karena ia dilahirkan oleh manusia, padahal jika ia dilahirkan kembali..ia ingin dilahirkan sebagai gayung dan menyaksikan panorama pengeksekusian kakus yang selalu dihujani kotoran. Dan hanya menjadi saksi bisu atas pendeskriminasian makhluk-makhluk jahanam…besok atau kapanpun!! Saya juga pengen nyoba jadi gayung…
Lalu apakah ‘Begini’ berhasil meminjam penanya ‘Terserah’??? Jawabannya mungkin…karena saya belum menceritakannya kan, ya, ya, kan!!! Jawabannya iya…
Akhirnya ‘Begini’ pun memberanikan diri untuk meminjam penanya ‘Terserah’.
“‘Terserah’, hari ini aku ada ulangan…”
Dengan tatapan sinis dan seronok ia menelanjangi mata si ‘Begini’ dengan tajam.
“Terus, emangnya ulangan perlu persetujuan saya gitu???”
Dengan sedikit bernafsu karena ‘Begini’ melihat betis ‘Terserah’ yang sexy, ia berkata:
“Mau ngasih pinjem gak, ngomong kok ngaler ngidul!”
“Ya…iya…ini pakai mata pena saya, semoga kamu dapat menyelesaikan ulangan dengan baik”. Malu-malu tapi nafsu ia memberikan penanya.
“Lho, emang pena ada matanya yah??? Perasaan baru denger…??
“Emangnya kamu gak tahu yah…itu kan cuma sebutan..”
“Trus kenapa dinamain mata pena?? Kan gak masuk akal…?”
“Kalo begitu pena beruntung gak punya mata kaya kamu, karena kalo dia punya mata kaya kamu, ntar dipakai liat yang enggak-enggak, dan dia masuk neraka.”
Dasar, kalo begini ceritanya aku gak akan pernah mau lagi minjem pena ke dia,,sungguh menyebalkan ‘Terserah’ ini.
“Bunga kembang tujuh rupa, uang tujuh rupee, melati tujuh iket, cabe tujuh bungkus, bawang setengah kiloeun Mang…”
Teman saya mabok, tolong bawa dia ke dukun cabul…gubraaakkkkkk!!!!!!!
Hening….
Masih hening…..
“Ya sudah ‘Begini’, bawa pena saya, semoga kamu bisa mengisi dengan baik!”
Tapi hati ‘Terserah’ berkata lain; “Ya Allah, semoga guru matematika kami masih waras untuk terus mengajar anak seperti ini.”
Amien….o iya!!! Saya belum gosok gigi lho…maaf apabila ada kesamaan kata-kata dan nama-nama, karena saya tidak mau ada pihak yang terdzolimi apalagi tersanjung oleh kata-kata saya, karena fitnah itu lebih kejam daripada pemplagiatan..yang penting, anda dan saya senang dan bisa makan sop kambing sama-sama lagi sama seperti dulu kita masih Tk…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar