Gak tau ya, sepatu tentara mesti dibuat dengan motif yang kaya gitu. Ada yang tau gak?? Mungkin biar bisa maen lumpur di pekarangan sawahnya pak haji kali yah, karena panjang banget udah gitu tebel abis gitu, kayanya water resistan hahahaha…jam kali!!!
Apa lagi seragamnya yang penuh warna, loreng-loreng kaya koreng, sekarang udah banyak banget, banget imitasi-imitasinya di emperan, tapi kalo kamu mau yang rada bermerk, atau istilahnya mah biar keliatan supple, saya sering liat di tokonya Om Eiger sama om-om lainnya.
Apalagi di cimol (yang gak tau ndeso) tempat barang-barang bekas di Bandung, kaya korban tsunami diampar berserakan begitu aja, dicullkeun…
Kalau kamu jago nawar pasti tau donk ayam jago, hewan bertanduk dua dengan sirip di bawah pusar…nah kalo kamu jago, pasti entar harganya turun berat, 40 kilo!!!
Dulu saya sering belanja ke cimol, karena saya masih produktif untuk nyolong…
Tapi sayang, penyakit syndrome H2sp2345 (itu nomer rekening saya) cacat mental akut ini telah mengakar jauh ke dalam sungai gangga, sampe orang India juga berebut buat dimasak dijadiin acar…begini ceritanya:
“Mang, ari ieu sabarahaan?” (Bang, ini berapa harganya?)
“Nu mana jang?” (Yang mana nak?)
“Nu eta tah, nu sae keneh!” (Yang itu tuh, yang masih bagus!)
“Owh….ieu Rp 5000 jang.” (Owh…ini Rp 5000 nak.)
“Wah, maenya! Kamari abdi meser di pasar Rp 200 perak mang…” (Wah, masa’! Kemarin saya beli di pasar cuma Rp 200 mang…)
“@#$%&^??? No what-what???
“Heu, teu ketang. Ieu artosna!” (Heu, enggak. Ini uangnya!)
Tapi ternyata eh ternyata berjudi itu haram, karena eh karena saya makin pusing baca tulisan saya sendiri. Tapi ternyata apa yang dia berikan pada saya, eng…ing…eng….!!!
Celana dalam lucu motif tentara Thailand yang mungkin baru aja dilepas abis perang langsung dikirim deh ke cimol, yang sekarang ada di tangan emang-emang ini…ih, ogah!!
Merasa ditipu, saya bersungut-sungut dan mengutuki emang-emang biadab ini, tidak berperiketukang dagangan.
“Mang, bukan yang itu. Masa saya mau pulang pake selempak?!”
Kebetulan beres hujan gede, hujan angin dor-dar gelap bikin saya masuk anjing. Jadi mau dipake langsung gitu ceritanya, biar gagah kaya tentara beneran. Tapi apa boleh buat masyarakat Indonesia mesti belajar lagi untuk mengejah, membaca dan menulis. Terutama memilih pakaian…sungguh merepotkan!!!
Akhirnya saya ambil kembali tuh uang yang udah lecek, tanpa pamit sun pipi kiri sun pipi kanan langsung ngibrit pundung….
Sampe saya janji pada diri saya:
“SAYA TIDAK MAU BELI PAKAIAN YANG DI CAMPUR DENGAN DALEMAN, APALAGI DALEMAN ANJING!!!”
To be continued….
Maaf, besok dilanjut lagi. Mata saya udah bintit!!!
Lanjutin yah, otak saya udah gak kuat nampung kata-kata yang tak tertampung. Apalagi ini di kampung, mumpung-mumpung saya masih belajar menghitung mari kita bermain kata-kata dengan lampu gantung dan itupun tergantung, takut-takut nanti kamu gak punya idung tapi mungkin kamu beruntung. hahahaha…
Jangan liat-liat saya, liat diri kamu yang belum mampu berbuat baik pada sesama hewan!!!
Okeh, kita lanjutin kisah tentang si loreng korengan ini.
Pernah ketika saya muda dulu, sering ikut-ikutan buka celana di depan kantor polisi sambil menunjukan celana dalam saya yang loreng…
Tapi maaf, cerita ini tidak untuk diperjual belikan!! Karena bukan cerita ini yang saya mau ceritakan.
    Di suatu hari yang cerah gak ada ujan gak ada ojek, tapi banyak pejalan kaki dan para pengemis ‘purtung’ (pura-pura buntung). Kebetulan saya senang musik ‘DANGDUT”, tapi bukan dangdut yang ada di Indonesia. Dangdut ini bikin kita manggut-manggut ampe bisa jumpalitan. To da point aja, saya suka musik keras, apa aja yang penting keras. Ga bisa saya sebutin satu-satu, karena pasti yang keras gak bisa dimakan, percuma saya sebutin satu-satu tapi gak dimakan. Pada hari itu ada acara konser musik di Bandung, pokoknya Bandung, tepatnya di Cikutra.
Jalanan penuh sama peminta-minta, bukan...maksud saya makhluk-makhluk metal militia dan punkers yang penampilannya kaya cupang diadu, berantakan!!! ada yang cuma pake sempak dan baju kaya tukang jahit yang segalanya ditempelin sampe penuh, sama lap bekas yang udah di buang. Gelar ini saya berikan kepada mereka anak Punk!! Mereka patut diacungi jempol kaki gajah. Mereka berani jual apa aja buat bisa nonton konser, kalo bisa jual ibunya…
Ya enggak lah, bego amat!! Pokoknya mereka orang hebat. Walupun mereka gak sekolah, mereka semua berjiwa sosial, Jiwa Brandal Ingat Ilahi (JIBRIL). Gak kaya orang-orang sok hebat yang bisanya cuma omong dan saya mengakreditasi mereka nilai A.
Ini dia satu lagi jawara. karena saya termasuk didalamnya. Dan karena saya suka yang simpel-simpel. Baju item berdesain kejam dan sepatu keren-keren, pokoknya semua keliatan parlente. Tapi hanya saya saja yang terlihat bercahaya, karena waktu itu saya masih suka sholat (sekarang juga saya masih menjalani rutinitas itu, karena itu kebutuhan rohani saya).
Ceritanya begini dan begitu, ada salah seribu dari mereka yang memakai celana loreng sontog imitasi buatan Indoneia yang udah lusuh dan beribu macam bau yang dikeluarkannya terlihat sedang sibuk dengan tali sepatunya yang lepas. Pada saat itu juga datanglah bapak tentara yang berbadan besar bertanduk sapi dengan duri di tubuhnya serta bulu-bulu lebat tumbuh di sekujurnya. Tapi saya kira ini bukan bapak tentara yang saya sebutkan, ini adalah monster jahat yang baru dilahirin sama gozila tadi pagi. Bapak tentara yang saya sebutkan tadi itu bertubuh tegap, tampan dan terlihat gagah berani mendatangi anak itu.
“Heh kamu, siapa yang menyuruh kamu pakai celana itu?”
“Eh,,eh,,enggak pak, gak ada yang nyuruh kok!”
“Kalau begitu, lepas celananya sekarang juga, sebelum saya tembak di tempat!!!”
Lho…saya kira ini cuma salah paham, tapi ternyata memang benar, bapak tentara yang saya sebutkan tadi yang bertubuh tegap, tampan dan terlihat gagah berani ini tidak mau ada yang memakai celana seragamnya ada yang menyamai celananya yang masih bagus, walaupun punya anak ini sudah lusuh. Doi gak mau ada epigon-epigon yang menyerupainya berkeliaran
“Lho pak, emang apa salahnya?”
“Salah kamu jelek! (Oh tidak, bapak ini merasa dirinya tampan, tapi tidak akan pernah menyaingi saya) saya tidak mau ada yang memakai celana seperti itu kecuali kamu mesti jadi tentara dulu. Cepat lepas!”
“Pak, saya gak ada celana lagi!”
“Cepat lepaskan! Kalau tidak, saya akan makan paku biar paku di dunia ini habis!”
“@#$%!?? Pak, apa tidak ada toleransi, Allah juga Maha Pemaaf dan Dia tidak memaksa hamba-Nya yang tidak mampu, coba bapa buka surat Al-baqarah ayat 286!?”
“Saya bukan Allah, dan saya juga tidak akan menerima toleransi untuk saat ini…”
“Tapi kan bapak hamba-Nya!?”
“Jangan banyak bicara, kalo kamu tidak mau membukanya akan saya gigit kamu. Karena saya sudah satu tahun tidak makan!”
“Ya sudah, saya beliin makanan dulu ya pak?!”
“Owh, ya sudah silahkan, tapi tolong pakai sambal yang banyak!”
Owh, rupanya anak ini korban kekerasan rumah jalang, rupanya seorang penjilat ini tak akan pernah mendapatkan makanan yang anak tadi janjikan, tentunya!! Daripada harus terus diintrogasi sama makhluk ini, mending saya pulang kehadiratnya. Mungkin tak mungkin memang yang baiklah yang pasti menang. Kebenaran itu tetap benar walaupun kita menyebutnya salah…DIA tetap Kuasa meski kita menggugat, DIA tetap Esa meski kita mendua, hidup kebenaran!! Mari kita mencari kebenaran…
Maaf jika ada kesamaan kata atau karakter. Saya tidak berniat menyinggung siapapun, karena saya hanya ingin menulis dan terus menulis. Semoga ada hikmah di balik tembok rumah tetangga, dimanapun itu…karena hikmah tidak dibatasi oleh satu teritorialpun.
Dan buat bapak-bapak yang saya sebutkan di atas, itu bukan siapa-siapa. Saya juga gak tau dia siapa, karena ini cuma cerita saya, bukan cerita anda. Walaupun ada yang seperti ini, tapi saya tidak bermaksud pada anda, karena saya tidak kenal dengan anda. Cukup sekian terimakasih…
Mari Berpura-pura!!
Siapa yang ingin hidup dalam kepura-puraan?? Apalagi hidup dengan orang yang tidak kita cintai. Apakah semuanya hanya separuh waktu yang akan berujung padak titik sebuah misteri??? Biarkan binasa tak berlanjut usia.
Yah, berpura-pura atau tidak, meninggalkan lebih sakit, karena orang yang meninggalkan mendapatkan dua tekanan:
Saat ia memutuskan untuk meninggalkan
Saat ia merasakan kehilangan setelah meninggalkan
Satu hal, hidup itu adalah mengukuhkan komitmen dan menentukan prioritas. Ketika kita meninggalkan hanya untuk suatu prioritas, mungkin itu akan mengurangi beban dan rasa sakit. Tapi jika kita meninggalkan karena suatu ego, maka itulah yang akan menjadi bibit penyesalan…jadikan kecewa sebagai modal meraih mimpi kawan, katakan tidak jika itu akan membuatmu kecewa lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar