Aku lahir menangis, ibuku tetap tersenyum
Tengah malam aku ngompol, ibuku cari popok
Akupun tertidur lelap, tapi ibu menjagaku
Akhirnya aku bertumbuh juga menjadi bocah.
Tapi ibuku tetap perhatian padaku
Aku bersekolah, ibuku jual sawah
Aku bermain, ibuku cari uang
Uang tak ada jika ibu tak cari uang
Tapi aku tetap senang walau keringat ibu bergelimang
Ibuku sakit, aku tak tahu
Tapi jika aku sakit ibu selalu berdoa
Aku marah-marah, ibuku tetap tegar tersenyum
Aku beli jajanan, ibuku terus menabung
Tabungan ibu habis, uangku pun habis
Saat ini, besok atau lusa, bagaimana jika ibu sudah tak ada
Sebentar lagi aku kuliah, ibuku jual rumah
Aku tinggal di kosan, ibuku tinggal dimana???
Aku tertawa-tawa, ibuku pun senang
Tapi aku banyak teman, ibuku kesepian
Saat ini, besok atau lusa… Apakah ibu masih muda??
Sekarang aku sudah besar, pengeluaran pun makin besar
Tak tau lagi apa yang harus ibu jual
Cincin dan gelang pun telah digadai…
Saat ini, besok atau lusa…
Sungguh engkau mungkin kan tiada..
Sungguh, tidak ada lagi orang yang rela mati demi kita selain “ibu”
Nun gusti nu agung, hampura kalepatan hamba nu tos ngagunung
Pikeun abi asup sorga, sareng indung jeung bapa
Najan palastra nepi kabisana
Sakabeh nu gumelar di dunya
Bakal panggih jeung ajalna
Ngan nu mangpaat pikeun sasama
Nyaeta kamulyaan, kajembaran, kawaluyaan jeung karahayuan
Hampura hamba nu sia-sia
“Abah Rindu”, 08 April 2010
“Heh, saha eta nu keur puisi??? Tong di baca, jiga nu ngarti wae…!!”
(Heh, siapa itu yang berpuisi??? Jangan dibaca, kaya yang ngerti aja…!!)
Jangan lupa ya, besok saya mau main futsal jam 3 sore. Jangan bilang siapa-siapa saya takut nanti dimarahin, karena hifdzan saya belum beres.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar